Pada hari Jum’at 20 Desember 2007 (ada juga yang memperingati hari Kamis 19 Desember 2007), umat Islam di Indonesia memperingati hari raya Idul Adha. Hari raya terbesar bagi umat Islam tersebut mengandung makna historis yang berlangsung berabad – abad silam, dimana nabi Ibrahim a.s. mendapat wahyu melalui mimpi untuk menyembelih putranya Ismail a.s.
Sungguh suatu pengorbanan yang sangat berat, dimana seorang ayah harus menyembelih putra kesayangannya sendiri yang telah lama dinanti – nantikan kehadirannya. Tetapi sungguh luar biasa keimanan nabi Ibrahim a.s. -shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada beliau- beliau mampu melewati ujian tersebut tersebut tanpa mengeluh. Begitupun dengan sang anak, Ismail a.s. -shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada beliau- keikhlasan luar biasa yang ditampilkan oleh nabi Ismail a.s. pada saat ayahnya berkata tentang wahyu yang diterimanya melalui mimpi. Jawaban yang diberikan nabi Ismail a.s. ketika itu yang mempersilahkan ayahnya untuk melaksanakan perintah yang didapatnya yang disampaikan melalui mimpi. Sungguh seorang anak yang luar biasa, yang merupakan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba – hamba Allah SWT yang terpilih.
Setelah nyata keikhlasan nabi Ibrahim a.s. dan nabi Ismail a.s. untuk melaksanakan perintah Allah dan nabi Ismail telah diletakkan pada tempat penyembelihan, maka Allah menyelamatkan nabi Ismail dan diganti-Nya dengan seekor domba.
Peristiwa tersebut menjadi dasar disyariatkannya qurban yang harus dilaksanakan setiap umat Muslim yang mampu.
Berabad – abad telah berlalu dari peristiwa tersebut, sekarang bagaimana kita -lebih khusus saya- meneladani sikap pengorbanan yang telah dicontohkan oleh nabi Ibrahim a.s. Jangankan untuk berkorban sesuatu yang sangat kita senangi, pengorbanan yang sederhana saja seringkali masih terasa berat untuk diri ini.
Banyak harapan terlintas setiap kali hari raya Idul Adha datang dan semoga harapan tersebut tidak berlalu begitu saja, serta semoga Allah SWT melapangkan hati dan jiwa kita sehingga kita dapat menjadi manusia dengan jiwa besar sebagaimana telah dicontohkan oleh nabi Ibrahim a.s. dan putranya -Ismail a.s.-
Tri Sugiyantowo (triaslama)